Jumat, 23 April 2010

Langit Kerap Mendung, Bintang Jatuh Tak Terlihat

Kunjungan Peserta Diklat ke Planetaorium Boscha.

Bandung - Puncak hujan meteor Lyrids yang diprediksi terjadi pada Selasa (20/4/2010) malam urung terlihat di Bandung dan sekitarnya karena langit mendung.

"Diharapkan tadi malam jadi puncak hujan meteor Lyrids tahun ini. Hanya saja karena langit mendung tidak bisa terlihat jelas," tutur Kepala Observatorium Bosscha Hakim Luthfi Malasan ketika dihubungi detik Bandung melalui telepon Rabu (21/4/2010).

Meski begitu, Observatorium Boscha tetap menyiapkan peralatan yang mumpuni agar bisa merekam fenomena alam ini. "Peralatan yang kami gunakan astronomical video camera dengan wide field lense dan dipasang ke rasi bintang Lyra," terangnya.

Ditambahkannya, malam kemarin disebut sebagai puncak hujan meteor Lyrids karena banyak bebatuan yang jatuh dalam 1 jam.

"Seharusnya kalau langit cerah bisa terlihat puluhan hujan meteor yang jatuh dalam waktu satu jam. Kalau mulai malam ini frekuensinya tidak akan sebanyak kemarin," imbuhnya.

Pengamatan sendiri masih akan dilakukan sampai tanggal 26 April mendatang. "Meskipun puncaknya sudah lewat tapi tetap kita lakukan pengamatan," ujar Hakim.(dip/lom)

Kamis, 22 April 2010

Gunung Api Bisa Tidur Ribuan Tahun


Asap membumbung dari gunung api Eyjafjallajokull di Eslandia. Foto diambil 16 April 2010. (AFP PHOTO/HALLDOR KOLBEINS)

Oleh Brigitta Isworo L
KOMPAS.com — Gunung api dan gempa hingga kini masih menyimpan misteri. Fenomena gunung api terasa di luar jangkauan tangan manusia. Kekuatan dan daya rusaknya ada dalam skala "superhuman". Letusan sebuah gunung di Eslandia di gletser Eyjafjallajökull menggugah kembali mitos dan legenda soal gunung.

Kekuatan yang dikeluarkan gunung di Eyjafjallajökull adalah ”simpanan” energi yang dihimpun selama lebih dari 1.100 tahun. Tak heran jika ”simpanan”-nya berupa abu vulkanik sedemikian besar volumenya, mengakibatkan kegelapan di langit Eropa utara dan lebih dari 16.000 penerbangan dibatalkan. Tercatat hanya dua kali gunung itu meletus, terakhir terjadi antara tahun 1821 dan 1823.

Bentuk gunung berapi ini menurut vulkanologis Benjamin Edwards memang bisa menipu. Bentuknya yang landai membuat orang berpikir tak akan terjadi letusan yang eksplosif.

Menurut Edwards, gunung api yang letusannya bersifat eksplosif biasanya kandungan magmanya kaya akan oksigen dan silikat. Dan, bentuk gunungnya kerucut seperti gunung Fujiyama di Jepang atau Gunung St Helen—sebelum letusan hebat pada tahun 1980 yang menyebabkan pucuknya terpotong.

Jenis lain yaitu gunung-gunung di Hawaii, seperti Mauna Loa, yang saat meletus mengeluarkan magma yang kental dan sedikit kandungan gasnya, meleleh dari celah-celah di sepanjang tubuhnya atau dari kepundannya.

Namun, pada gunung api tipe stratovolcano seperti di Eslandia ini terdapat magma bentukan baru yang kemudian bercampur magma lama. Kondisi ini mampu memperkaya magma dengan oksigen dan silikat. Faktor X lainnya adalah lapisan es tebal. Air dari es yang mencair yang kontak dengan magma, menurut Edwards, dapat memicu letusan yang eksplosif.

Teori lain dikemukakan Edward Venzke dari Global Volcanism Network di Washington, AS. Jaringan ini juga melibatkan US Geological Survey (USGS) dan Museum of Natural History Smithsonian Institution.

Pada erupsi (letusan) pertama Maret lalu, magma memancur keluar dari retakan-retakan—mengindikasikan ada kandungan gas. Ketika erupsi berhenti, magma menyumbat retakan sehingga tekanan di bawah puncak yang dilapisi es meningkat. Naiknya suhu magma mencairkan es. Air yang terbentuk inilah yang memicu letusan eksplosif.

Waspada Katla

Ketika Eyjafjallajökull meletus, pantas diwaspadai akankah ini memengaruhi aktivitas gunung api tetangganya, Katla, yang berjarak hanya sekitar 25 kilometer dari Eyjafjallajökull.

Dari laporan yang dimuat dalam jurnal Developments in Quaternary Science oleh tim ilmuwan pimpinan peneliti Erik Stukell dari University of Gothenburg, Swedia, kedua gunung tersebut pernah meletus bersama pada tahun 1612, 1821, dan tahun 1823. Dari laporan tersebut terbaca bahwa Katla memuntahkan material lebih banyak dibandingkan dengan Eyjafjallajökull.

Seperti laporan yang dimuat Christian Science Monitor, ditemukan sejumlah bukti bahwa magma di kedua gunung itu bersama-sama meningkat aktivitasnya pada kurun waktu 1999-2004. Katla telah beberapa kali meletus dan puncaknya bertumbuh. Tim pimpinan Stukell kini mewaspadai Katla.

Dari ”hotspots”

Bencana letusan Eyjafjallajökull menyebabkan kerugian hingga Rp 2,18 triliun per hari gara-gara penerbangan terganggu. Banjir setinggi 3 meter menyebabkan sekitar 1.000 orang diungsikan. Letusan masif gunung berapi sering kali katastropik.

Gunung api di Eslandia dan di Hawaii muncul dari hotspot, (titik panas), di mana magma yang bersuhu tinggi keluar dari rekahan di daerah punggungan samudra dari Sea Floor Spreading, di mana lempeng bumi bergerak saling menjauh.

Sementara itu, terbentuknya gunung api di Indonesia adalah dari area zona subduksi, di mana dua lempeng bumi bertemu sehingga saling gesek dan menimbulkan panas tinggi yang memproduksi magma. Magma ini keluar ke permukaan sebagai gunung api. Meski proses terbentuknya berbeda, sifat katastropik letusan beberapa jenis gunung api adalah sama.

Toba terbesar

Indonesia masih menduduki puncak bencana masif letusan gunung api dengan letusan Gunung Toba—ditengarai ada di lokasi Danau Toba sekarang.

Dari skala intensitas letusan yang disebut volcanic explosivity index (VEI), letusan Gunung Toba dituliskan mencapai 8 atau bahkan lebih. Kapan terjadinya? ”74.000 before the present” adalah jawabannya—yaitu sekitar 74.000 tahun lalu (Volcanoes in Human History, de Boer/Sanders, 2002).

Setelah Toba, letusan terbesar sepanjang sejarah bumi adalah letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa pada bulan April tahun 1815. Korban tewas mencapai 70.000. Mereka tewas seketika dan banyak lainnya menyusul beberapa waktu kemudian akibat kelaparan dan penyakit.

Abu vulkanik menutup hutan, ladang, dan sawah. Ketinggian abu vulkanik mencapai lapisan stratosfir—tempat proses iklim terjadi—dan mengubah pola iklim. Daerah basah menjadi kering, daerah kering menjadi basah. Radiasi matahari terhalang. Pada tahun 1816 di Amerika Serikat dikenal sebagai ”The Year without a Summer” (Volcanoes in Human History, 2002).

Menggambarkan katastropi ini, penyair Lord Byron menuliskan puisi ”Darkness” yang isinya berbunyi:

Terang matahari lenyap, juga bintang; Meninggalkan kegelapan di ruang angkasa tak bertepi; Tak ada sinar, tak ada jejak, bumi bagai bongkah es; Semua menjadi buta dan menghitam di udara tanpa bulan; Pagi datang dan pergi dan datang lagi dan tak ada hari; Dan manusia lupa akan kepeduliannya di tengah rasa takut; tercekam akan kepedihan ini.... selengkapnya

Selamatkan Bumi Demi Kelangsungan Hidup Kita Bersama

Oleh: Hendra Darmawan

Bumi tempat kita hidup untuk menjalankan berbagai rutinitas, kini kondisinya sudah semakin mengkhawatirkan. Ibarat manusia, bumi sedang sakit parah.

Berbagai kerusakan terjadi dimana-mana. Lihatlah, bagaimana kondisi hutan kita yang setiap tahun terus menurun jumlahnya akibat adanya pembalakan hutan secara liar (illegal logging) dan kebakaran hutan, baik yang disengaja maupun yang tidak.

Belum lagi jika kita melihat banyaknya hutan dan lahan hijau yang telah beralih fungsi menjadi bangunan villa, kantor, mall, ruko dan gedung-gedung pencakar langit, semakin menegaskan kepada kita betapa semena-menanya manusia memperlakukan alam, tanpa memikirkan dampak yang ditinggalkan.

Padahal keberadaan hutan sangat penting, bukan hanya bagi kehidupan manusia sebagai paru-paru dunia dan penyerap air, tetapi juga bagi kehidupan makhluk (ekosistem) lain yang hidup di dalamnya. Tapi karena keserakahan manusia demi memenuhi kebutuhan hidupnya, hutan-hutan pun dibabat seliar-liarnya.

Saat ini jumlah kerusakan hutan di Indonesia telah mencapai pada tingkat yang sangat parah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai LSM serta badan milik pemerintah (WALHI, YPLH, Pioner, Greanpeace dan Perhutani), saat ini lahan di pulau Jawa yang masih tertutup hutan hanya tinggal 4 persen saja. Jumlah tersebut sangat jauh dari batas minimal yang telah distandarkan, yaitu sekitar 30 persen dari luas seluruh kepulauan Jawa. Selama sepuluh tahun terakhir, tingkat kerusakan hutan di Indonesia telah mencapai dua juta hektar per tahun. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebanyak 72 persen. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun telah menyebabkan penyusutan hutan tropis secara besar-besaran.

Akibat Pemanasan Global

Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan. Padahal bencana tanah longsor yang terjadi di Banjarnegara, Jawa Tengah serta banjir bandang di Jember, Jawa Timur telah memberikan pelajaran yang berharga bagi pemerintah, masyarakat dan kita semua bahwa akibat penebangan hutan yang tidak terkendali telah mendatangkan bencana bagi kehidupan manusia. Banjir setiap waktu datang melanda, menenggelamkan rumah, harta benda, sawah, ternak dan juga telah banyak merenggut korban jiwa.

Begitu juga dengan berbagai bencana tanah longsor yang pernah terjadi di berbagai daerah di negara kita. Bencana-bencana tersebut merupakan fenomena alam, namun semuanya tidak terlepas dari ulah manusia. Bencana banjir bandang dan tanah longsor terjadi akibat penebangan liar yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun,

Semuanya itu merupakan akibat tidak adanya tindakan tegas pihak-pihak berwenang terhadap aksi penebangan liar di hutan sekitar lokasi bencana. Tapi sayangnya, manusia tidak juga sadar atas berbagai tindakan yang telah dilakukannya telah mendatangkan kerugian bagi kehidupannya sendiri. Hingga kini pembalakan hutan dan pengalihfungsian lahan pertanian menjadi bangunan-bangunan beton dan untuk kompleks perumahan masih saja terus terjadi. Kini keadaan bumi semakin parah.

Penggundulan hutan menjadikan udara semakin gerah dan semakin panas. Sekali lagi, ini membuktikan kepada kita bahwa sesungguhnya bumi sebagai rumah dan habitat bagi kehidupan manusia dan makhluk-makhluk hidup lain yang ada di dalamnya juga dapat mengalami gangguan. Karena keterbatasan sumber daya yang dimilikinya, bumi juga bisa berada diambang kehancuran, apabila manusia tidak ekstra hati-hati dalam memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Begitu juga dengan terjadinya pemanasan global yang sudah banyak memberikan dampak buruk bagi kehidupan manusia, tidak juga dapat menyadarkan kepada kita untuk segera menyelamatkan bumi yang sudah semakin tua ini dari bahaya kehancuran. Akibat keserakahan dan kecerobohan manusia yang terus menerus mengeksploitasi alam secara besar-besaran, penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan dan adanya pembangunan yang tidak mem pertimbangan ketersediaan sumber daya alam di masa mendatang telah menimbulkan kerusakan. Kini kondisi bumi semakin kacau. Efek penggunaan rumah kaca telah menimbulkan pemanasan global dan menyebabkan perubahan iklim. Suhu di permukaan bumi pun semakin meningkat dan berdampak pada melelehnya (mencairnya) gunung-gunung es di kutub yang pada akhirnya akan mengakibatkan naiknya permukaan air laut.

Pada 28 Februari 2008 yang lalu, dunia sudah dibuat terhentak oleh adanya sebuah pemberitaan dari para peneliti yang menyebutkan bahwa lapisan es di semenanjung Wilkins di Antartika, yang selama ini menjadi lapisan es abadi sudah mulai mencair dengan kecepatan yang sangat mengejutkan. Hal ini terjadi karena meningkatnya suhu dan pemanasan global. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka dikhawatirkan akan menenggelamkan pulau-pulau kecil yang ada di muka bumi.

Selain itu, pemanasan global juga dapat mengakibatkan dampak yang serius bagi lingkungan biogeofisik, seperti meningkatnya curah hujan, terjadinya banjir, punahnya flora dan fauna tertentu dan munculnya berbagai penyakit hingga berujung pada kematian. Di Indonesia sendiri, dampak kenaikan permukaan air laut secara signifikan telah menyebabkan luas hutan tropis semakin berkurang, baik akibat kebakaran hutan maupun akibat adanya penebangan liar.

Upaya Penyelamatan Bumi

Dengan melihat kondisi bumi yang sangat mencemaskan dewasa ini, sudah seharusnyalah kita dapat tergerak melakukan tindakan-tindakan yang berguna untuk menyelamatkan bumi yang kita cintai ini dari bahaya kehancuran. Kalau tidak kita, lalu siapa lagi yang akan menyelamatkan bumi ini? Oleh karenanya, setiap tanggal 22 April yang telah ditetapkan sebagai Hari Bumi, seharusnya dapat dijadikan sebagai momentum untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat yang cenderung mengeksploitasi bumi secara sembarangan dengan penuh keserakahan, menjadi pola pikir dan perilaku yang berorientasi pada penyelamatan bumi dan seisinya. Caranya adalah dengan memanfaatkan semua yang ada di bumi secermat dan sehati-hati mungkin. Karena kita hidup di bumi ini tidak cuma untuk hari ini, tetapi juga untuk hari esok. Jadi kita juga harus memikirkannya untuk kelangsungan hidup anak cucu kita di masa yang akan datang.

Melalui peringatan Hari Bumi, seharusnya dapat menggugah kesadaran kita tentang kondisi bumi yang sudah semakin parah, sehingga perlu adanya upaya dan tindakan yang harus segera dilakukan secepat mungkin untuk menyelamatkan bumi dari bahaya kehancuran yang lebih parah lagi, seperti melakukan penghijauan melalui penanaman bibit pohon. Karena penghijauan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi dampak pemanasan global dan perubahan iklim yang sedang terjadi di bumi. Penanaman pohon kembali juga berfungsi untuk memperbaiki resapan air, menjaga kesejukan udara, serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik sehingga tercipta lingkungan yang sehat, indah dan nyaman bagi kehidupan.

Cara lain yang juga dapat dilakukan untuk mengatasi dampak pemanasan global dan perubahan iklim yang sedang terjadi di bumi adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan (terutama yang berbahan kaleng dan plastik) di areal pemukiman termasuk sungai, memilih kendaraan yang menggunakan bahan bakar beroktan rendah (bahan bakar yang paling efisien) sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Dan yang terpenting adalah mengurangi (kalau bisa menghindari) peng gunaan efek rumah kaca karena dapat berdampak pada meningkatnya suhu di permukaan bumi. Maka mulailah melakukan perbaikan dan pencegahan untuk menyelamatkan bumi dari bahaya kehancuran. Jangan biarkan bumi semakin parah.

Bagaimanapun bumi adalah tempat kita berdiam dan tempat kita bertahan hidup. Apapun yang kita lakukan asal berorientasi pada upaya penyelamatan dan perlindungan bumi ini, pasti akan berbuah kebaikan. Sudah seharusnya bumi kita perhatikan, kita sayangi, kita cintai dan kita jaga keutuhannya. Karena hanya dengan menanamkan kesadaran kepada seluruh masyarakat yang disertai dengan adanya tindakan nyata untuk menjaga dan merawat lingkungan hidup, maka kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini dapat terus terjaga. ***

Penulis, penyuka seni dan pemerhati masalah sosial politik. Email : hendra_darmawan1234@yahoo.com

Jumat, 16 April 2010

Internet, Guru dan Ortu Jadi Pengontrol yang Sehat


TANGERANG, KOMPAS.com- Penggunaan internet di kalangan pelajar tidak terbendung lagi dengan kemudahan layanan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat. Untuk menghindarkan para pelajar dari penyalahgunaan internet, sekolah dan keluarga dapat jadi pengontrol yang sehat dalam penggunaan internet.

Anak-anak bisa positif dalam penggunaan internet jika keluarga tidak gagap teknologi alias gaptek. "Bukan berarti di rumah harus tersedia fasilitas internet, tetapi setidaknya orang tua mau belajar soal internet dan bisa berdiskusi secara terbuka dengan anak. Jadi bukan dengan larangan-larangan," kata Sri Sediyaningsih, dosen Universitas Terbuka (UT), dalam seminar bertajuk Dampak Penggunaan Teknologi Informasi pada Pembentukan Identitas yang digelar dalam rangka wisuda mahasiswa UT di Tangerang, Senin (5/4/2010).

Sri mengatakan, dari penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah remaja, penggunaan internet di kalangan remaja bisa mencapai 30 jam per minggu. Kebanyakan membuka situs jejaring sosial, terutama untuk berkomunikasi atau chatting dari orang yang sudah dikenal, kenal biasa, dan baru dikenal.

Menurut Sri, dalam perkembangan lingkungan yang tidak bisa jauh dari pengaruh teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan budi pekerti pada diri anak semakin penting. Anak-anak mesti dibekali dengan konsep diri yang baik sehingga mereka dapat menentukan pilihan yang baik, termasuk dalam pemanfaatan internet.

Guru di sekolah dan keluarga di rumah, mesti bisa jadi teladan. Sebagai contoh, mereka mesti bisa berbicara secara terbuka tentang apa yang bisa didapat dari internet. Jangan justru menaruh curiga terus jika anak membuka internet. "Untuk itu harus ada keinginan dari guru dan orang tua untuk memahami soal internet dan bagaimana anak memanfaatkannya," kata Sri.

Ahmad M Ramli, Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementrian Hukum dan HAM, mengatakan, dalam membahas perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, bukan cuma soal teknologinya. Tetapi juga dengan pendekatan hukum dan sosial budaya.

Menurut Ahmad, yang paling penting untuk mengontrol perilaku anak adalah keluarga. Jika anak mengakses internet di warnet, bisa kerjasama dengan lingkungan untuk mengawasi supaya warnet itu tidak menyediakan ruang tertutup, kata Ahmad.

Berita selengkapnya .......

Agar Fisika tidak Seram Lagi


AKHIR bulan lalu, Rosari Saleh terlihat santai di sebuah kedai kopi di sebuah mal di bilangan Jakarta Selatan. Profesor yang juga Guru Besar Fisika Universitas Indonesia itu tampil kasual dengan kemeja kotak-kotak dan celana jins belel. Dia hadir bersama dua rekannya.

Gaya bicara perempuan ini juga jauh dari kesan serius, meski sesungguhnya sosok ini sangat serius berniat membumikan fisika agar tidak menjadi momok bagi siswa.

Dua tahun lalu, perempuan yang akrab dipanggil Prof Oca ini membidani komunitas Kucing Fisika. Tujuannya, kata Oca, untuk menjangkau siswa setingkat SMA dan menunjukkan bahwa fisika merupakan ilmu yang menyenangkan.

"Misalnya dengan mengunduh video dari kegiatan-kegiatan sederhana yang bisa menjelaskan sebuah teori fisika," ucapnya.

Sebelumnya, Oca pernah berusaha menjangkau guru pengajar fisika di tingkat SMP dan SMA. Namun, ia mengaku sedikit kesulitan. "Walau tidak semua, beberapa guru fisika yang pernah saya ajar belum memiliki semangat untuk mau mencari literatur dan berinovasi dengan fisika. Karena mereka harus melakukan hal-hal lain untuk menopang keluarga," terangnya.

Oca pun mencoba hal lain dengan membuat situs beralamat www.kucingfisika.com, termasuk melakukan demonstrasi dengan peralatan sederhana di sekolahsekolah. Respons yang dituai ternyata mengagumkan. Belum genap dua tahun didirikan, komunitas ini telah berhasil menjaring sebanyak 17 ribu pengguna untuk bergabung di situs resmi tersebut. "Saya ingin membumikan fisika. Mencari cara agar masyarakat tidak memandang fisika sebagai momok," ucapnya serius.

Kolaborasi Oca sadar betul fisika tidak dapat berdiri sendiri. Dia mengajukan contoh, "Misalnya panel surya. Memang betul ilmuwan fisika mengembangkan panel surya. Namun, tapi kita juga butuh tim manajemen, sosiolog, budayawan, sampai ahli hukum untuk membuatnya dekat dengan masyarakat," terang Oca seraya mengangkat cangkir kopinya.

Sore itu, sepotong ide mengalir dari Oca dan dua orang teman diskusinya, yakni almunus FISIP dan Fakultas Hukum UI. "Yuk, kita buat pelajaran tentang ilmu forensik. Di sana ada unsur hukum, kriminologi, science, dan kedokteran. Biar semua bisa terintegrasi," ucapnya.

Oca sendiri kini tengah meneliti reaksi virus H5N1 dan virus HIV terhadap obat secara simulasi komputasi. Selain itu, Oca menekuni penelitian partikel nano. Kesengsem fisika Sebelum menggeluti dunia fisika, Oca mengaku bukan pecandu fisika. "Saya tercemplung masuk jurusan Fisika UI," ucap Oca lalu tertawa.

Awalnya, ia mengincar jurusan teknik sebagai labuhan menuntut ilmu selepas SMA. "Tahun pertama saya sempat mau pindah jurusan, tapi tesnya selalu bentrok dengan ujian di kampus."

Hingga menyandang gelar sarjana sains pada 1985, Oca sangat tidakpuas terhadap apa yang dipelajarinya selama empat tahun. "Di kuliah kita belajar, ujian, lalu lulus. Tanpa tahu, apa yang sebenarnya kita pelajari," ungkap Oca.

Berangkat dari rasa penasaran tersebut, Oca mencicipi fisika di 'Negeri Panser ', Jerman. Oca melanjutkan studi di Universitas Marburg, Jerman, dua bulan berselang setelah kelulusannya di UI. Dia mendapatkan gelar doktor fisika di Universitas Marburg pada 1990.

Di sana, semua pertanyaan tentang 'apa sebenarnya fisika' yang selama ini berkecamuk dalam dirinya terjawab melalui seorang profesor bernama Peter Thomas.

Di kelas teori fisika yang diampu Peter, Oca selalu diminta duduk di barisan terdepan. Peter juga yang menjadi inspirator Oca untuk memahami berbagai teori fisika melalui kejadian seharihari. Salah satu contohnya adalah saat Peter menjelaskan tentang teori interaksi antarpartikel. Oca mengaku biasanya ia mendapatkan teori ini melalui rumus-rumus yang memusingkan kepala.

Namun, kali itu, sang profesor malah menyodorkan gambar dua buah apartemen, dan menjelaskan teori tersebut melalui interaksi yang terjadi antarpenghuninya. "Di sinilah saya sadar bahwa fisika seharusnya menyenangkan. Ia memang bukan suatu ilmu yang mudah, tapi fisika itu fun!" ucapnya bersemangat.

Setelah meraih gelar doktor di Jerman, sang ayah menyarankan Oca untuk mengambil jalur akademis untuk berkarier. "Ayah saya hanya bilang, bantulah almamatermu," lanjut Oca. Ia pun setuju untuk mengabdikan ilmunya kepada dunia pendidikan Indonesia setelah menyelesaikan program pascadoktoral di Jerman selama tiga tahun.

Oca bergabung dengan para pengajar di Jurusan Fisika UI sejak 1993. "Kalau saya sudah suntuk di Indonesia, biasanya saya luangkan waktu 2-3 bulan untuk mengunjungi mereka dan bercerita banyak hal," tandasnya lalu tersenyum.

Menghindari kegamangan
Dengan semangat bergelora, Oca mengawali kariernya sebagai staf pengajar di UI. Namun, Oca kerap kesal mendapati kenyataan yang ia temui pada diri anak didiknya. Ia mengaku ada jarak besar antara kemampuan maha siswa dan kesiapan mereka mempelajari teori-teori fisika yang diajarkan. "Saya ngajar mahasiswa semester enam. Saya merasa kemampuan mereka sebelum semester itu masih agak kurang," imbuhnya.

Oca pun putar otak untuk menghadapi tantangan itu. Selain meminta untuk mengajar di semester yang lebih awal, ia juga mengubah formulasi pengajaran. Di kelas fisika asuhan Oca, setiap siswa haram hukumnya bila hanya mengandalkan satu sumber literatur. Belum lagi, semua referensi yang diberikan Oca adalah berbahasa Inggris. "Standar yang saya dapat dari menuntut ilmu di Jerman itu masih saya pegang teguh di sini," kata perempuan berkacamata ini.

Ia tidak ingin mahasiswanya mengalami kegamangan yang sama seperti yang pernah ia alami setelah lulus kuliah. Untuk upaya yang satu itu, Oca mengaku belum puas meski beragam penghargaan telah diraih selama berkarier di dunia pendidikan.

"Setelah seorang peneliti mendapat penghargaan atau gelar, lalu untuk apa? Apakah gelar tersebut bisa bermanfaat untuk maha siswa dan masyarakat banyak? Jangan jadi seperti menara gading, setelah dapat penghargaan, terus seperti ondel-ondel saja," kata Oca lalu menderai tawa. (MI/ICH)

Susno dan Hukum Fisika


SELINTAS tentu tidak ada kaitannya antara mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri, Komjen Susno Duadji dengan hukum fisika. Selain sebagai kepala keluarga dengan dua putri, Susno adalah seorang perwira tinggi Polri.

Dia kini memang tidak lagi menjadi elite Polri, namun sebagai perwira tinggi pasti dia memiliki nilai plus di institusinya. Dia juga tentu memiliki power. Tak heran, meski jabatannya dicopot karena kasus dugaan kriminalisasi terhadap pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dia masih ‘ditakuti’ oleh rekan-rekannya.

Ketika menjabat kepala Bareskrim Polri --biasanya dari badan itulah seorang kapolri berasal-- tentu banyak ‘rahasia’ yang diketahui Susno. Nah, ketika dia tak lagi menjabat lalu mengungkap rahasia itu, pasti banyak yang bingung. Bahkan, ketakutan.

Mereka takut menjadi korban seperti yang dialami dua perwira tinggi dan dua perwira menengah. Mereka menjadi tersangka bahkan ada yang dicopot sebagai kapolda akibat nyanyian Susno tentang dugaan praktik makelar kasus (markus) dalam penanganan kasus penggelapan dana pajak.

Susno bagaikan bandul yang terus bergerak. Sebuah hukum fisika menyatakan: benda yang bergerak cenderung akan terus bergerak sampai gaya-gaya (kekuatan) lain menghentikannya.

Kekuatan benda bernama Susno kian kuat karena dia berada pada era yang tepat untuk membongkar segala praktik menyimpang di institusinya, bahkan institusi lain.

Dengan didukung oleh kekuatan pers yang mampu membentuk opini publik, Susno adalah sosok yang memiliki power luar biasa. Dia bisa bergerak ke mana saja dan menghantam siapa saja. Dari kasus Gayus H Tambunan saja, kebobrokan aparatur dari berbagai institusi hukum, terungkap. Ingat, itu baru satu kasus.

Kembali ke hukum fisika tadi, untuk menghentikan gerak sebuah benda harus ada gaya (kekuatan) lain. Mengacu dari situlah, tindakan penangkapan (polisi mengistilahkan membawa ke pemeriksa) terhadap Susno dapat dipahami. Tindakan membawa Susno secara paksa ke Divisi Propam Mabes Polri merupakan salah satu kekuatan untuk menghentikan gerakan liar bandul bernama Susno.

Kita tidak tahu yang terjadi di dalam ruang pemeriksaan. Pekerja pers dan pengacaranya tidak boleh masuk dan mendampingi. Disebutkan pertanyaan yang diajukan hanya lima, itu pun baru pertanyaan sederhana seperti soal kesehatan dan kesediaan menjalani pemeriksaan. Lantas mengapa sampai empat jam? Kabarnya, yang membikin lama adalah adanya arahan dari kapolri.

Sebagai orang nomor satu di institusi kepolisian, kapolri tentu kekuatan mahabesar yang bisa menghentikan gerak Susno. Jika berandai-andai, di dalam ruang pemeriksaan itu terjadi upaya penghentian gerakan benda bernama Susno.

Apakah upaya itu berhasil? Waktu yang akan menjawab. Ada tiga kemungkinan yang terjadi. Pertama, bandul Susno kian kencang bergerak. Kedua, bandul itu bergerak tetapi pelan. Ketiga, bandul tidak bergerak sama sekali.

Harapan kita, masyarakat, bandul itu terus bergerak. Susno harus tetap berani mengungkapkan kebobrokan negara ini agar bisa ditemukan solusi yang tepat. Ibarat kapal, negara ini nyaris karam karena banyaknya lubang akibat gerusan praktik korupsi.

Memang, ada yang menilai tindakan Susno itu adalah aksi balas dendam karena dia dicopot sebagai kabareskrim. Secara psikologis, pencopotan itu pastilah berpengaruh, tetapi marilah kita berprasangka baik bahwa keberanian Susno memang didasari suatu niat untuk menegakkan kebenaran.

Masyarakat hanya menginginkan korupsi dibumihanguskan dari negeri tercinta ini. Mereka tak ingin kapal Negara Kesatuan Republik Indonesia tenggelam dalam jurang kehancuran. Itu saja.(*)

Berita selengkapnya.........

Kamis, 15 April 2010

Diklat Peningkatan Kompetensi Guru IPA Madrasah Aliyah, Madrasah Tsanawiyah,Madrasah Ibtidaiyah Kerjasama dengan Departemen Agama


PPPPTK IPA selalu berusaha untuk dapat berkiprah dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Kiprah ini dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih berkualitas bagi selluruh warga negara Indonesia. Dalam rangka terus meningkatkan peran dan kiprahnya tersebut, PPPPTK IPA berusaha memperkuat kerjasama dalam bidang pendidikan. Dengan bekal kemampuan dan pengalaman dalam bidang pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan IPA, PPPPTK IPA yakin dapat berperan dalam perkembangan pendidikan IPA, baik di tingkat nasional maupun internasional. Oleh karena itu PPPPTK IPA bekerjasama dengan Departemen Agama dalam rangka mengabdikan selluruh kemampuannya untuk kemajuan dan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan IPA di tingkat Nasional. Melalui kerjasama diklat peningkatan guru IPA Madrasah Aliyah, Madrasah Tsanawiyah,Madrasah Ibtidaiyah diharapkan akan dapat mempercepat terwujudnya, generasi bangsa yang dapat berkompetisi secara global.

Baca selengkapnya........